Kamis, 26 November 2009

ASURANSI MURAH UNTUK MENENGAH KE BAWAH

Di Indonesia asuransi belum banyak diminati di semua kalangan khususnya kalangan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. Ini mungkin dikarenakan masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah merasa terbebani dengan iuran premi yang biasanya relatif mahal baginya. Selain itu, iuran premi yang biasanya dibayarkan rutin tiap bulannya membuat masyarakat yang berpenghasilan minim yang bekerja pada sektor informal merasa terbebani, karena pendapatan mereka tidak dapat dijanjikan untuk bisa rutin setiap bulannya.

Namun, produk asuransi yang pada umumnya hanya bisa dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, kini ada produk asuransi yang diperuntukan bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah yang bekerja di sektor informal. Produk ini dinamakan ASKESOS ( Asuransi Kesehjahteraan Sosial). Kelebihan dari asuransi ini adalah, dengan hanya menyetor uang premi Rp 5.000 per bulannya masyarakat bisa ikut program asuransi.

ASKESOS adalah sistem asauransi perlindungan untuk memberikan pertanggunagn dan perlindungan sosial bagi warga masyarakat terhadap resiko menurunnya tingkat kesehjahteraan masyarakat. Ini merupakan terobosan baru dimana asuransi dapat dinikmati oleh semua kalangan khususnya masyarakat berpenghasilan menengah kebawah yang selama ini bisa dikatakan tidak tersentuh oleh produk asuransi

Kepala Subdirektorat Jaminan Kesetiakawanan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, Harapan Lumban Gaol, Selasa (24/11) mengatakan, ASKESOS pada dasarnya adalah bentuk jaminan sosial yang berbasis komunitas. Menurutnya, masyarakat berpenghasilan minim di sektor informal seperti pedagang, pembantu rumah tangga, kuli bangunan, pengojek, atau sopir bajaj bisa ikut.(Sumber : Warta Kota 26/11)

Pada dasarnya cara kerja ASKESOS ini sama derngan produk asuransi pada umumnya, namun dengan syarat dan premi yang ringan. Masyarakat yang tertarik bisa mendaftarkan dirinya ke pelaksana ASKESOS , sepertai organisasi sosial, yayasan, lembaga pelaksana, atau ke Kantor Suku Dinas Sosial Kotamadya setempat. Masyarakat yang telah memenuhi syarat, cukup membayar premi sebesar Rp 5.000 setiap bulannya.

Bila ada perserta yang jatuh sakit, maka dia akan mendapat uang sebesar Rp 100.000 satu kali dalam setahun, tentu dengan ketentuan yang berlaku seperti peserta yang dikatakan sakit yaitu apabila dalam 10 hari berturut-turut atau 3 hari rawat inap di rumah sakit yang mengakibatkan tidak dapat mencari nafkah.

Sama halnya dengan sakit, peserta yang mengalami kecelakaan yang menimubulkan ketidakmampuan peserta untuk mencari nafkah, ASKESOS memberikan uang Rp 100.000 untuk setiap tahunnya. Sedangkan bila peserta meninggal dunia saat masa kepersertaannya di tahun pertama maka peserta akan memperoleh uang sebesar Rp 200.000 atau Rp 400.000 pada tahun kedua atau Rp 600.000 pada tahun ketiga.

Namun sangat disayangkan ASKESOS ini tidak dipromosikan dengan baik, sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya program yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah ini. Saya sangat berharap pemerintah bisa mengambil langkah kongkrit untuk dapat memaksimalkan kegiatan promosi ASKESOS ini, sehingga program ini bisa berjalan efektif dan tentu mempunyai manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Minggu, 22 November 2009

Kuesioner

KUESIONER

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN

RUMAH MAKAN SOTO NGAWI

Jl. Margonda Raya, Depok, Jawa Barat

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

Umur :

NO

Pernyataan

SS

S

CS

TS

STS

1

Makanan yang tersedia bercita rasa tinggi

2.

Jenis makanan bervariasi

3.

Harga yang ditawarkan terjangkau

4.

Paket makanan yang ditawarkan menarik

5.

Penyajian makanan menarik

6.

Pramusaji cepat dalam melayani pelanggan

7.

Pramusaji terampil dalam melayani pelanggan

8.

Pramusaji ramah terhadap pelanggan

9.

Keamanan terjamin

10.

Kebersihan rumah makan terjaga

11.

Terdapat fasilitas yang lengkap

12.

Penataan interior dan eksterior restoran menarik

13.

Lokasi parker luas

Keterangan :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

CS = Cukup Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Kerangka Penelitian (Data Sekunder)

Analisis Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi terhadap penjualan pada PT.ASTRA

1. Tema Penelitian

Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi terhadap penjualan pada PT.ASTRA

2. Masalah

Apakah ada pengaruh antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan pada PT.ASTRA?

3. Tujuan Penelitian

Untuk menelaah dan menganalisis pengaruh biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan pada PT.ASTRA.

4. Metodologi

- Data : digunakan data sekunder, analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi berganda.

- Variabel yang digunakan : Variabel Independent (Biaya Promosi & Biaya Distribusi), Variabel Dependent (Penjualan)

- Hipotesis :

Ho = tidak ada hubungan antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan.

Ha = terdapat hubungan antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan.

Senin, 16 November 2009

BUSWAY KITA TRANSPORTASI KITA



Jakarta merupakan kota megapolitan karena di jakarta tinggal jutaan manusia dimana terdapat berbagai macam suku, agama dan RAS. Bukan hanya itu, Jakarta merupakan suatu tempat dimana berbagai profesi terintegrasi menjadi suatu kesatuan kuat yang saling memberikan pengaruh atau saling ketergantungan satu sama lain.

Penduduk Jakarta bersifat sangat heterogen, baik dari segi agama, suku, RAS, tingkat pendapatan, profesi dan lain-lain. Setiap tahunnya penduduk Jakarta selalu bertambah dengan pertumbuhan yang sangat mencengangkan, baik dari faktor imigrasi maupun tingkat natalitas yang cukup tinggi. Sehingga tidak heran jika Jakarta termasuk ke dalam 5 ( lima) besar kota terpadat di dunia. Ini bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan kendaraan setiap tahunnya, sehingga kemacetan tidak bisa dihindarkan setiap harinya.

Bagi warga Jakarta, kemacetan merupakan suatu rutinitas sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, bisa dipastikan warga Jakarta sangat membutuhkan suatu rancangan besar tentang trasportasi masal. Suatu rancangan yang merumuskan bagaimana cara warga Jakarta dapat beraktifitas sehari-hari tanpa adanya lagi masalah tentang kemacetan. Berbagai rancangan besar seperti pembangunan busway, monorail, hingga subway sudah dibuat. Namun hingga saat ini hanya busway yang dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga Jakarta

Walaupun pada awalnya pembangunan busway ini mengalami kontroversi dari berbagai pihak, bahkan sempat ditentang keras oleh sebagian warga Jakarta, namun kini fasilitas busway merupakan salah satu transportasi yang sangat diminati oleh warga Jakarta. Bukan hanya dimininati oleh warga Jakarta, namun busway juga sudah merupakan salah satu ”pendetak denyut nadi” transportasi Jakarta. Pernyataan ini didapat mengingat fakta yang terjadi bahwa fasilitas busway ini sangat dibutuhkan oleh warga Jakarta. Salah satu bukti fakta ini adalah bahwa busway setiap harinya dapat mengangkut warag Jakarta hingga ribuan orang. Ini merupakan salah satu bukti keberhasilan proyek yang dimulai pada masa Gubernur Sutiyoso ini.

Hingga kini telah terdapat lebih dari 5 koridor busway yang menghubungkan berbagai sudut kota Jakarta, baik selatan, timur, barat bahkan utara. Permasalahan yang timbul pun semakin rumit. Dari minimnya armada yang tersedia, buruknya fasilitas seperti halte yang tidak terurus, kebersihan bus yang tidak terurus hingga pelayanan ticketing yang kurang baik.

Selain permasalahan itu, masyarakat Jakarta juga masih menunggu pembangunan koridor selanjutnya. menurut kebanyakan masyarakat, pembangunan koridor busway yang lama dapat menimbulkan berbagai masalah baru, seperti kemacetan akibat pembangunan jalur maupun halte busway, dan memakan lebih banyak biaya perawatan.

Namun diluar itu semua, tidak dapat dipungkiri bahwa fasilitas busway sudah merupakan bagian penting dari ibukota negara ini, bahkan kini busway telah menjadi icon kota Jakarta yang sangat indah ini.

Saya sebagai warga Jakarta sangat mendukung pembangunan salah satu alat transportsi masal dalam hal ini busway yang telah menjadi bagian penting dari kota Jakarta. Pesan saya kepada pihak yang berkepentingan akan hal ini, agar hal ini menjadi prioritas penting dalam rencana kerjanya agar warga Jakarta dapat lebih nyaman lagi hidup di kota yang kita cintai ini, Jakarta.


DENNIS RAMADIAN UDA’A
10207272
EKONOMI GUNADARMA 2007

Minggu, 15 November 2009

Tugas Metode Riset 3 (Ringkasan Jurnal)

PENGARUH KUALITAS TEKNIK, KUALITAS FUNGSIONAL, DAN AKTIVITAS PEMASARAN TRADISIONAL TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PT. TELKOM KANTOR DAERAH TASIKMALAYA
1Kartawan, 2Toto Sugiharto, 3Sumarna
1&2Pasca sarjana Universitas Gunadarma
3PT Telkom Tasikmalaya

PENDAHULUAN
Dengan adanya zaman globalisasi semua perusahaan terdorong untuk berpikir mencari solusi bagaimana agar perusahaan tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu dengan membangun citra perusahaan. Citra mempunyai peranan penting dalam perusahaan, karena dapat mempengaruhi persepsi konsumen. Baik buruknya citra perusahaan dapat diukur melalui pengalaman konsumen dalam menikmati output dari aktivitas perusahaan.
Mulai bulan Agustus tahun 2002, hak monopoli PT. Telkom akan dicabut, artinya keberadaan PT. Telkom di pasar tidak sendiri lagi. Selain itu dengan dimulainya pasar bebas AFTA, jumlah pesaing bertambah. Menyadari hal itu, PT. Telkom terus menerus berusaha membenahi diri agar tetap memenangkan persaingan.
Berbagai kegiatan telah dilakukan PT. Telkom seperti penelitian kepuasan konsumen dan penelitian loyalitas konsumen. Serta dalam rangka membangun citra perusahaan telah dilakukan berbagai kegiatan sosial seperti membantu membangun berbagai fasilitas ibadat dan fasilitas umum hingga pemberian beasiswa. Namun hingga saat ini belum diketahui bagaimana citra PT. Telkom di mata konsumen.

MASALAH PENELITIAN
1. Citra PT. Telkom Kandatel Tasikmalaya dihadapan para pelanggannya belum diketahui.
2. Pengaruh kualitas teknikal, kualitas fungsional, dan aktivitas pemasaran tradisional

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengukur dan menganalisis persepsi konsumen tentang citra PT. Telkom Kandatel Tasikmalaya.
2. Mengukur pengaruh dari kualitas teknikal, kualitas fungsional, dan aktivitas pemasaran tradisional terhadap citra PT. Telkom Kandatel Tasikmalaya.

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
Sering dikatakan citra adalah kekuatan, artinya citra mempunyai kemampuan di luar perusahaan yang dapat menambah kekuatan bagi produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Citra menimbulkan efek tunda, artinya citra yang dibentuk oleh perusahaan tidak nberpengaruh secara langsung terhadap perusahaan, akan tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama.
Kualitas teknikal lebih menekankan kepada fasilitas fisik yang digunakan pada saat melayani konsumen. Sedangkan kualitas fungsional lebih menekankan pada bagaimana pelayanan itu diberikan kepada kosumen, hal ini lebih menekankan pada cara interaksi antara konsumen dengan penyedia layanan.
Semakin baik persepsi seseorang tentang kualitas teknik, kualitas fungsional, dan aktivitas pemasaran tradisional akan jas yang ditawarkan, semakin tinggi persepsi konsumen tersebut terhadap citra penyedia jasa, sehingga berdampak positif terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
Hipotesis yang digunakan adalah :
1. Dimensi yang terdapat pada variabel kualitas teknik, kualitas fungsional dan aktivitas pemasaran tradisional berkorelasi positif dengan citra perusahaan.
2. Kualitas teknikal, kualitas funsional dan aktivitas pemasaran tradisional berpengaruh terhadap citra perusahaan.

Tugas Metode Riset 1 (Ringkasan Jurnal)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)
Rina Handayani (2007)

Kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk bersaing di pasar. Kemampuan bersaing memerlukan strategi yang dapat memanfaatkan semua kekuatan dan peluang yang ada, serta menutup kelemahan dan menetralisasi hambatan strategi dalam dinamika bisnis yang dihadapi. Semua itu dapat dilakukan apabila manajemen mampu melakukan pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi yang berkualitas. Informasi yang berkualitas akan terbentuk dari adaya sistem informasi (SI) yang dirancang dengan baik. Menurut Rockart (1988), teknonolgi informasi mempunyai peran penting, karena dapat menjadi senjata strategis bagi suatu perusahaan dalam memperoleh keunggulan bersaing.

Pada dasarnya SI telah diimplementasikan di banyak perusahaan dengan biaya yang besar, namun masalah yang timbul adalah penggunaan yag masih rendah terhadap SI secara kontinuitas. Rendahnya penggunaan SI diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang mendasari terjadinya productivity paradox yaitu investasi yang mahal dibidang sistem tetapi menghasilkan return yang rendah. Afrizon (2002) melakukan penelitian terhadap 84 manajer pada industri perbankan Indonesia degan hasil bahwa terdapat adanya pengaruh dan hubungan yang signifikan antara perceived usefulness dan interaksi antara norma subjektif dengan ketidakwajiban terhadap minat pemanfaatan SI.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah terdapat pengaruh positif signifikan ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan SI.
2) Apakah terdapat pengaruh positif signifikan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatan SI terhadap penggunaan SI?

Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Menemukan bukti empiris untuk menguji variable ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha dan faktor sosial terhadap minat pemanfaaatan SI.
2) Menemukan bukti empiris untuk menguji variable kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai dan minat pemanfaatn SI terhadap penggunaan SI.

Penelitian mengenai SI telah menguji perilaku pengguna dan penerimaan sistem dari berbagai perspektif. Dari berbagai model yang telah diteliti Technology Acceptance Model (TAM) menawarkan sebagai landasan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan SI. Model TAM berasal dari teori Psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna teknologi informasi. Yang berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku penggunaan teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan tekonologi informasi itu sendiri.
Berdasarkan uraian teoritis dan beberapa peneitian maka diperoleh hipotesis dari berbagai permasalahan yang telah disebutkan diatas, antara lain :
H1 : Ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan SI
H2 : Ekspektasi usaha mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan SI
H3 : Faktor sosial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaatan SI
H4 : Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap penggunaaan sistem informasi.
H5 : Minat pemanfaatan sistem informasi mempunyai positif signifikan terhadap penggunaan SI

Desain penelitian ini adalah survey yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan faktor sosial terhadap minat pemanfaatan SI.
Variabel yang digunakan terdiri dari lima variabel independent yaitu ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, faktor sosial, minat pemanfaatan SI, kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan SI dan dua variabel dependent yaitu penggunaan SI dan minat pemanfaatan SI.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu data penelitian yang bukan angka. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang berasal langsung dari objek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Metode statistik yang digunakan untuk menguji adalah regresi berganda atau multiple regresi.

Dalam penelitian ini melakukan beberapa analisis diantaranya
1) Uji validitas variabel penelitian
2) Uji realibilitas variabel penelitian
3) Uji autokorelasi
4) Uji multykolinearlitas
5) Uji hipotesis

Berdasarkan bukti-bukti empiris yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfataan SI artinya responden yakin bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Begitu pula variabel ekspektasi usaha berpengaruh positif signifikan terhadap minat pemanfaaatan SI berarti responden akan memanfaatkan SI apabila mereka merasa bahwa SI tersebut mudah dan tidak memerlukan upaya (tenaga dan waktu) yang banyak dalam mengoperasikannya. Kemudian faktor sosial juga berpengaruh positif tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap minat pemanfaatan SI. Hal ini bearti bahwa lingkungan sosial di sekitar responden seperti teman sekerja, manajer senior, pimpinan dan organisasi tidak mendukung atau tidak mempengaruhi mereka dalam memanfaatkan SI dan pemanfaatan sistem tidak akan meningkatkan status mereka. Sedangkan kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai terbukti hanya mempunyai pengaruh positif dan signnifikan terhadap penggunaan SI

Tugas Metode Riset 3 (Analisis Jurnal)

PENGARUH KUALITAS TEKNIK, KUALITAS FUNGSIONAL, DAN AKTIVITAS PEMASARAN TRADISIONAL TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PT. TELKOM KANTOR DAERAH TASIKMALAYA
1Kartawan, 2Toto Sugiharto, 3Sumarna
1&2Pasca sarjana Universitas Gunadarma
3PT Telkom Tasikmalaya

MASALAH
1.Bagaimanakah citra PT. Telkom Kantor Daerah Telekomunikasi Kandatel Tasikmalaya dihadapan para pelanggannya
2. Bagaimanakah pengaruh kualitas teknikal, kualitas fungsional dan aktivitas pemasaran tradisional terhadap citra PT. Telkom Kantor Daerah Telekomunikasi Tasikmalaya

TUJUAN
1. Untuk mengukur dan menganalisis persepsi konsumen tentang citra PT Telkom Kandatel Tasikmalaya
2. Untuk mengatur pengaruh dari kualitas teknikal, kualitas fungsional dan aktivitas pemasaran tradisional terhadap citra PT. Telkom Kandatel Tasikmalaya

HASIL
Berdasarkan hasil yang di dapat, maka diketahui secara serempak variabel kualitas teknik, kualitas fungsional dan variabel aktivitas pemasaran tradisional berpengaruh terhadap citra perusahaan Secara parsial hanya variabel kualitas teknik dan pemasaran tradisional yang berpengaruh secara nyata terhadap pembentukan citra perusahaan. Kualitas teknik memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk citra perusahaan. Namun variabel aktivitas pemasaran tradisional kontribusinya kecil. Sedangkan variabel kualitas fungsional pengaruhnya tidak nyata.
Semua dimensi pada variabel kualitas teknik, aktivitas pemasaran tradisional dan kualitas fungsional merupakan variabel penting dalam pembentukan citra perusahaan. Dari ketiga variabel bebas di atas, variabel kualitas teknik berhubungan erat dengan citra perusahaan.





METODOLOGI
Populasi penelitian adalah pelanggan Telkom yang berada di wilayah Kodya Tasikmalaya sebanyak 22.475 pelanggan. Kerangka pengambilan contoh diambil dari buku petunjuk telepon tahun 2001/2002
Ukuran contoh ditentukan dengan menggunakan formula





dimana : n = Ukran sampel yang diperlukan
N = Ukuran populasi
e2 = Tingkat kesalahan 10%
Dalam penelitian ini variabel yang dikaji adalah kualitas teknik, kualitas fungsional pemasaran tradisional dan citra perusahaan. Kualitas teknik berkaitan dengan fasilitas dan penampilan fisik dalam melayani konsumen. Dimensi yang diukur

1. Penampilan fisik pegawai
2.Penampilan fisik PT. Telkom
3. Peralatan yang digunakan perusahaan
4. fasilitas fisik pelayanan
5. kenyamanan dan kebersihan
6. Ketersediaan jaringan
7.Pengetahuan teknik dari pegawai

Kualitas fungsional adalah proses pelayanan berupa interaksi antara PT Telkom dan pelanggan. Dimensi yang diukur
1. Keramahan Petugas
2. Kesopanan dan Kesabaran petugas
3. profesionalisme petugasdalam berinteraksi dengan pelanggan
4. Kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan
5. Kemudahan petugas untuk dihubungi bila konsumen mengalami permasalahan


Pemasaran tradisional adalah kegiatan berupa promosi dan penetapan tarif. Variabel yang diukur
1. Iklan PT. Telkom
2. Informasi dari mulut ke mulut
3. Kegiatan sosial
4. Kewajaran tarif abudemen, pasang baru dan pulsa.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji, yakni menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kualitas teknik, kualitas fungsional dan aktivitas pemasaran terhadap citra perusahaan, data yang telah dikumpul dianalisis menggunakan analisis regresi dan korelasi.

Tugas Metode Riset 2 (Analisis Jurnal)

ANALISIS JURNAL
Efektivitas Perpaduan Komponen Anggaran dalam Prosedur Anggaran : Pengujian Kontijensi Matching
M. Nizarul Alim (Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo, Indonesia)


Masalah
1)Apakah partisipasi anggaran dapat berpengaruh terhadap sasaran anggaran?
2)Apakah sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
3)Apakah faktor-faktor lainnya seperti revisi anggaran, evaluasi anggaran dapat berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan kepuasan kerja?

Tujuan
Menguji efektifitas perpaduan antar komponen anggaran dengan pengujian kontinjensi matching dengan argumen bahwa penganggaran merupakan suatu prosedur yang berurutan dan saling terkait antar komponen anggaran.

Metodologi
Desain penelitian adalah penelitian survey dengan menggunakan pendekatan kontijensi
Level penelitian adalah eksplanatif
Responden penelitian adalah para menajer unit bisnis dengan produk barang konsumsi.
Metode pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling
Data penelitian adalah data primer
Metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertutup
Analisis statistik inferen digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi multyvariat dengan model matching.
Pengujian hipotesis menggunakan software SPSS.
Persamaan regresi interaksi matching adalah
X2=a+b1X1 dan Y= a+b2X2+b3X3+b4(X2-X3)+b5(X2-X4)

Hasil
Hasil regresi menunjukan bahwa partisipasi tidak berpengaruh signifikan terhadap sasaran anggaran
Demikian pula sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial
Hasil regresi lainnya menunjukan bahwa partisipasi anggaran, sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial tetapi revisi anggaran dan evaluasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial
Serta interaksi antara sasaran anggaran dan revisi anggaran maupun sasaran anggaran dan evaluasi anggaran menunjukan koefisiensi positif terhadap kinerja manajerial namun tidak signifikan.

Sabtu, 07 November 2009

SEGMENTASI WARTEG

SEGMENTASI WARTEG

Warung tegal atau yang sering disebut warteg merupakan suatu tempat makan yang mempunyai ciri khas kesederhanaan. Warteg merupakan salah satu andalan bagi sebagian warga Jakarta atau bahkan masyarakat Indonesia. Warteg adalah tempat makan dimana terdapat berbagai menu khas masakan Indonesia yang mempunyai cita rasa yang tinggi. Selain ciri khas nya yaitu kesederhanaan, warteg mempunyai ciri lain yaitu harganya yang murah. Bisa dikatakan warteg merupakan tempat makan yang murah meriah, kenapa bisa dikatakn begitu karena warteg pada umumnya ditujukan kepada orang-orang atau masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah kebawah.


Namun diluar itu, tidak sedikit warteg yang dapat berdiri hingga mencapai kesuksesan dimana pemiliknya dapat membuka warteg baru atau cabang baru untuk meningkatkan penghasilan. Pemilik warteg harus pintar-pintar dalam mencari peluang yaitu khususnya mengenai tempat usaha. Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa warteg merupakan suatu tempat makan yang mempunyai ciri khas kesederhanaan serta identik dengan harganya yang murah, maka warteg sendiri daapat kita temui di tempat-tempat yang dipenuhi orang-orang atau masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah kebawah.



Melihat kenyataan tersebut, pemilik warteg akan membuka usahanya di lokasi dimana terdapat banyak orang-orang atau masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, seperti di pinggiran jalan, di dekat sekolah atau kampus, di pasar atau bahkan di daerah perumahan yang rata-rata penduduknya berpenghasilan menengah kebawah. Kita mungkin jarang sekali atau bahkan tidak pernah melihat warteg yang berlokasi di tempat yang bisa dibilang mewah, seperti di perumahan elite, di jalan-jalan utama, maupun di dalam mol.


Dengan ini bisa dikatakan bahwa pemilik warteg mensegmentasikan usahanya berdasarkan tingkat penghasilan dan lokasi yang masing-masing masuk ke dalam segmentasi berdasarkan demografi dan geografi. Bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah ke bawah, warteg merupakan salah satu alternatif penting dalam mencari pilihan tempat makan. Selain karena faktor harga, mungkin faktor lainnya yaitu kemudahan dalam mendapatkan lokasinya, karena bagi masyarakat berpenghsilan menengah ke bawah, warteg dapat ditemui di sekitarnya seperti di dekat rumah, tempat kerja atau mungkin dimana saja di daerahnya sehingga tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk ”ongkos” untuk mencari tempat makan.


Namun, bagi orang-orang atau masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah ke atas makan di warteg merupakan hal yang tidak lumrah, selain masalah prestise, tingkat kenyamanan juga masuk ke dalam penilaian sendiri bagi mereka yang berpenghasilan menengah ke atas. Mungkin bagi mereka, warteg identik dengan kotor yang kebersihannya tidak bisa dijamin. Karena mereka berpenghsilan menengah ke atas, maka, faktor murahnya harga makanan di warteg bukan merupakan salah satu daya tarik, karena bagi mereka harga tidak menjadi pertimbagan mereka dalam memilih tempat makan.


Namun demikian hingga kini warteg masih dapat bertahan. Walaupun berbagai tempat makan sudah berjamur dimana-mana, baik yang menawarkan kemewahan, cita rasa tinggi, tingkat kenyamanan bahkan berbagai konsep baru yang ditawarkan untuk menarik pelanggan. Ini semua mungkin dikarenakan warteg masih mempunyai ”pelanggan” yang setia untuk tetap bertahan di masa sekarang. Selain itu alasan warteg masih tetap bertahan di masa sekarang karena warteg mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh tempat makan lainnya, yaitu kesederhanaan serta harganya yang identik dengan murah.

MUDIKNYA UANG SAAT LEBARAN

MUDIKNYA “UANG” SAAT LEBARAN

Hari raya Idul Fitri atau lebaran merupakan saat yang sangat dinanti-nanti oleh seluruh umat muslim di Indonesia bahkan di dunia. Di Indonesia lebaran sangat indentik dengan kembalinya para perantau yang mengadu nasib di kota besar ke kampung halamanya atau biasa disebut juga dengan “mudik”. Mudik merupakan cirri khas masyarakat Indonesia. Mudik adalah salah satu bukti dari sifat ketimuran masyarakat Indonesia dimana setiap masyarakat tidak lupa akan orang-orang yang mereka sayang atau yang dulu berjasa bagi dirinya. Selain itu ini juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia khususnya bagi perantau bahwa prinsip akan makan ga’ makan asal kumpul masih melekat erat, tidak seperti yang kebanyakan orang katakan bahwa orang perantau sudah memiliki prinsip “kumpul ga’ kumpul asal makan”. Contohnya yaitu di Sumatra Barat jumlah pemudik yang pulang ke Sumatra Barat setiap tahunnya bisa mencapai 1 juta orang (Data : Media Indonesia 17 September 2009)

Dengan adanya mudik, berarti peredaran uang ke luar kota besar juga akan meningkat. Bisa dikatakan hampir setiap pemudik membawa uang ke kampung halamannya untuk berbagai keperluan dari hanya untuk membagi-bagikan uangnya ke pada para sanak saudara, membayar zakat, membuka usaha di kampung halamannya, bahkan untuk membangun kampungnya demi kemajuan kampungnya itu. Ini merupakam penyebab utama melonjaknya tingkat peredaran uang di daerah. Seperti contohnya di propinsi Sumatra Utara terjadi lonjakan permintaan uang chartal sebesar lebih dari 12%, selain itu dari rata-rata bulanan, lonjakan permintaan naik hingga 240% (data : Media Indonesia 17 September 2009). Sedangkan di Sumatra Barat tambahan uang yang beredar saat lebaran bisa mencapai Rp. 5 Triliun. Tentu ini adalah angka yang mencengangkan, ini merupakan bukti nyata bahwa lebaran berpengaruh besar terhadap peredaran uang. Tentu hal ini mempunyai dampak positif maupun negativ.

Dampak negativ dari adanya peningkatan peredaran uang di masyarakat yang utama jelas adalah akan terjadinya kenaikan harga barang-barang secara bersama-sama dan mendasar atau sering diebut juga dengan inflasi. Inflasi merupakan dampak langsung dan nyata dari tingginya peredaran uang di masyarakat. Ini terjadi karena dengan tingginya peredaran uang di masyarakat akan menyebakan melemahnya daya tukar mata uang.

Selain itu inflasi juga terjadi karena pada saat menjelang lebaran jumlah permintaan (demand) akan barang-barang melonjak tinggi dan biasanya tidak dibarengi dengan meningkatnya penawaran (suply). Dengan adanya ini jelas akan terjadi inflasi. Di masyarakat peningkatan permintaan akan barang-barag tidak hanya terjadi pada barang-barang pangan. Permintaan akan kebutuhan sandang juga mengalami lonjakan, ini identik dengan sebagian budaya masyarakat Indonesia yang menganggap istilah hari raya saatnya menggunakan baju baru.

Khususnya bagi para perantau, mereka tidak hanya dihadapi dengan adanya inflasi kebutuhan primer. Tetapi kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan yang bersifat tidak penting juga akan mengalami kenaikan harga. Salah satu contohnya yaitu meningkatnya harga tiket perjalanan mudik, baik jalur darat, laut maupun udara. Masalah ini bisa dikatakan wajar mengingat melonjaknya tingkat permintaan (demand), yang tidak diikuti meningkatnya penawaran. Namun terkadang sangat disayangkan bahwa biasanya para penyedia jasa angkutan memanfaatkan fenomena ini untuk meraup untung sebesar-besarnya dengan cara menaikan harga yang tidak wajar dari yang hanya menaikan sekitar lebih dari 50 % hingga 100% bahkan tidak jarang ada yang ”tega” menaikan hingga 3 hingga 4 kali lipat dibanding harga semula. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi mereka yang akan melepas rindu dengan orang-orang yang mereka sayang atau orang-orang yang pernah berjasa bagi mereka.

Tidak semua perantau pada saat lebaran mudik ke kampung halamannya, ini disebabkan oleh banyak faktor dari yang ada urusan penting, tidak punya waktu untuk mudik, tidak punya uang untuk mudik atau bahkan ada yang enggan repot untuk mudik. Ini semua merupakan beberapa faktor dari sekian banyak faktor yang menjadi penyebab sebagian perantau tidak mudik.

Dengan adanya sebagia masyarakat yang tidak mudik, bukan berarti rupiah di tangan mereka juga tidak ikut mudik. Sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak mudik ”menebus dosanya” dengan cara mengirimkan sebagian uangnya ke kempung halamannya. Tidak jarang para perantau yang tidak mudik ini menggelontorkan sebagian besar uangnya untuk sanak saudara di kampung. Di Sumatra Barat kiriman wesel pos, transfer Bank dan lain-lain bisa mencapai 50 Miliar, selain itu di Kendal, kiriman TKI menggunakan jasa wesel pos mencapai 25 miliar (Data : MI 17.09.09)

Dengan begitu perputaran uang menjelang lebaran sangat mencengangkan, sehingga tidak heran jika ada harga barang maupun jasa yang bisa mencapai kenaikan sebesar 300% atau bahkan berlipat-lipat. Di Pangkal Pinang, Bangka Belitung perputaran uang di Bank Sumsel cabang Pangkal Pinang mencapai Rp 10 miliar per hari padahal sebelumnya pada hari biasa hanya mencapai Rp 3 miliar. Tidak hanya perputaran uang, kredit juga melebihi target hingga 156%, padahal target yang ditentukan adalah Rp 161 miliar. Sedangkan di Sumenep, Jawa Timur Pegadaian dalam sehari rata-rata melayani hingga 600 nasabah jauh lebih banyak dari hari biasanya yang hanya berkisar 200 nasabah. Sehingga perputaran uang di Pefadaian pada kisaran Rp 600 juta hingga Rp 1 miliar per hari. (Data : MI 17.09.09)

Denagn adanya fenomena ini membuktikan masih adanya ikatan kekeluargaan yang erat pada masyarakat Indonesia. Ini menjadi identitas sosial masyarakat Indonesia. Para perantau ingin menaikan status serta menguatkan struktur sosial mereka di kampung. Mudik sebaiknya jangan dilihat sebagai penghamburan uang, tetapi harus dilihat sebagai modal sosial untuk membangun desa atau kampungnya. Tradisi mudik merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang belum tentu dimiliki bangsa lain, sehingga harus dipertahankan. Kendati ada dampak negatif seperti tumbuhnya budaya konsumtif, namun persentasenya sangat kecil. Tetapi, mudik merupakan semacam pencerahan bagi masyarakat desa untuk dapat mendorong menuju masa depan yang lebih baik.