Jumat, 25 Desember 2009

MALL PADA AKHIR TAHUN


Akhir tahun sangat identik dengan libur panjang, mengingat pada akhir tahun yaitu pada bulan Desember terdapat hari besar bagi kaum kristiani yaitu hari Natal. Libur natal biasanya juga diteruskan dengan libur tahun baru, sehingga hampir setiap tahunnya bulan Desember terdapat libur panjang.

Masyarakat menikmati libur panjang dengan berbagai alternatif, dari pergi ke luar kota, ke luar negeri, pulang ke kampung halaman, pergi tamasya atau mungkin hanya sekedar pergi ke pusat perbelanjaan. Di Jabodetabek terdapat berbagai pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai kebutuhan baik dari kebutuhan primer hingga berbagai barang mewah yang ditujukan untuk kelas menengah ke atas.

Pusat perbelanjaan yang tersebar di Jabodetabek, berpotensi kehilangan 40 % konsumen kelas atas selama libur Natal 2009 dan Tahun Baru 2010. Ini disebabkan sebagian konsumen lebih memilih pergi dan memanjakan dirinya ke luar negeri atau ke luar kota. Ini merupakan fenomena dimana masyarakat kita khususnya yang berpenghasilan menengah ke atas lebih memilih berlibur ke luar negeri daripada menghabiskan liburannya di dalam negeri.

”Kelas atas, hampir semua lebih memilih pergi ke luar negeri untuk menghabiskan libur akhir tahun," demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan (Sumber : detik.com)

Banyak faktor yang menyebabkan masayarakat lebih memilih berlibur ke luar negri yaitu antara lain terdapatnya ”big sale” yang ditawarkan di negeri tujuan yang pastinya memiliki kualitas produk lebih baik dari dalam negeri, kemudahan untuk pergi ke luar negeri serta murahnya biaya transportasi ke luar negeri.

Walaupun terdapat potensi kehilangan konsumen, namun diperkirakan pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek tetap ramai. Ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang berasal dari luar kota Jakarta yang akan menjejali pusat perbelanjaan di Jabodetabek untuk berlibur.

"Orang-orang luar Jakarta akan datang ke pusat belanja. Jadi tidak hanya orang Jakarta yang pergi ke luar, orang luar kota pun datang ke pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta," papar Ridwan.

Jelang libur akhir tahun 2009, pengelola pusat-pusat perbelanjaan di Jabodetabek telah menyiapkan berbagai program-program khusus untuk memanjakan pengunjung. Semoga liburan ini aman dari segala gangguan orang yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadi kestabilan perekonomian di negeri kita.

Kamis, 24 Desember 2009

FENOMENA PENGGANTIAN NAMA PRODUK

Ada suatu fenomena baru yang saya temukan di Jakarta. Suatu hari saya sedang mengunjungi salah satu kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Saat itu saya memesan minuman kopi dan makanan ringan yang dibungkus rapi dengan logo nama kafe tersebut. Makanan ringan itu berupa keripik singkong. Namun, begitu saya mencicipi makanan tersebut saya merasa tidak asing dengan rasa keripik tersebut. Sampai akhirnya saya bertanya kepada salah seorang karyawan kafe tersebut yang tak lain adalah saudara saya sendiri. Kemudian secara diam-diam beliau memberitahukan kepada saya mengenai asal dari keripik singkong tersebut. Betapa kagetnya saya ketika mengetahui bahwa keripik singkong yang dikemas rapih beserta logo nama kafe tersebut adalah keripik singkong bermerk yang sering dijual di tempat umum dan memiliki hak cipta tersendiri. Jadi, dengan kata lain kafe tersebut telah mengambil hak cipta makanan tersebut dengan cara mengemas ulang berikut dengan logo nama kafe tersebut.

Menurut saya, sebab dari fenomena ini sebagian besar adalah karena salah satu pihak ingin mendapatkan keuntungan yang besar dengan cara yang singkat. Ini terbukti karena keripik singkong yang dimaksud dijual dengan harga yang lebih tinggi serta dengan takaran isi yang lebih sedikit dibanding dengan harga dan kemasan aslinya. Jadi, satu bungkus keripik singkong bermerk yang berukuran besar bisa dikemas ulang sampai empat atau lima bungkus keripik singkong ala kafe.

Menurut saya mengenai fenomena perilaku konsumen di atas tidak seharusnya terjadi di suatu kafe yang memiliki nama cukup besar di kalangan industri kafe di Jakarta. Dan begitu pula dengan rendahnya pengawasan dari berbagai pihak yang berwenang untuk dapat menghentikan fenomena seperti ini. Mengingat kedua belah pihak telah memiliki nama yang cukup besar, baik dari nama keripik singkongnya maupun dari nama kafe tersebut, seharusnya lebih mudah untuk diberi pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan hak cipta seperti yang diuraikan diatas. Dan ini baru dari satu produk yang dijual di kafe tersebut, sedangkan untuk produk lainnya tidak tertutup kemungkinannya mengalami hal yang sama seperti halnya keripik singkong. Dan mau berapa banyak lagi pihak yang dirugikan jika hal ini terus terjadi atau mungkin masih banyak pihak kafe atau industri lain yang melakukan hal ini. Untuk itu diperlukan kesadaran yang cukup tinggi dari pihak produsen maupun konsumen dalam memilih produk.

Jumat, 18 Desember 2009

CENTURY PANAS, INVESTOR GERAH

Isu paling panas dalam negeri belakangan ini selain kasus Bibit dan Chandra tapi juga muncul kasus panas yaitu kasus Bank Century yang telah menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaan kemana aliran uang sebesar Rp 7.6 triliun menjadi sebuah fenomena besar di negeri ini. Masyarakat Indonesia seakan-akan terfokus ke permasalahan yang menyangkut banyak pihak penting di negeri ini, seperti mantan Gubernur Bank Indonesia yang sekarang menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dan Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Keadaanaan seperti ini secara tidak langsung akan berpengaruh ke sektor ekonomi karena masalah ini menunjukan adanya ketidakberesan pada system di negeri ini. Sehingga mulai banyak para investor mulai khawatir terhadap kestabilan ekonomi negeri ini.

Proses politik terhadap kasus Bank Century ini akhirnya memnimbulkan kekhawatiran terhadap investasi mereka. Banyak investor yang beralasan kekhawatiran ini dikarenakan adanya kemungkinan wakil presiden dan menteri keuangan republik Indonesia mundur dari jabatannya.

Menurut ekonom Bank Mandiri , Mirza Adityaswara keputusan bisnis pelaku pasar selalu dilakukan dengan melihat siapa yang menjadi pimpinan. Selain itu banyak pihak yang menganggap bahwa Boediono dan Sri Mulyani sebagai team yang suksses dalam menjalankan kebijakan pro pertumbuhan ekonomi, ini dapat dilihat dari naiknya investasi asing dalam bentuk surat utang negara, yang menjadi kontributor anggaran belanja negara.

Kini telah terbentuk panitia angket yang beranggotakan perwakilan-perwakilan dari anggota DPR RI yang mempunyai tujuan utama yaitu mengetahui kemana uang triliuan itu mengalir?. Walau berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat meredam pengaruh negative dari isu tersebut, tetapi tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para investor sudah mulai bersiaga satu untuk menarik investasinya ke luar negeri.

Saya sebagai masyarakat biasa hanya bisa mendukung serta mendoakan panitia angket Bank Century agar berhasil mengungkap semua rahasia besar ini, sehingga kestabilan nasional bias tetap terjaga.

Maju terus Indonesiaku….

BIAYA RENOVASI AIR MACUR BUDARAN HI TIDAK WAJAR


Sebuah proyek yang direncanakan oleh DPRD DKI Jakarta pada tahun 2010 cukup mengejutkan warga Jakarta, yaitu proyek rehab air mancur Bundaran HI yang mencapai belasan miliar rupiah. Padahal sebelumnya pada tahun 2002 proyek ini telah menelan biaya sebesar Rp 14 milyar. Namun kini air mancur kebanggan warga Jakarta itu sudah rusak lagi, jadi bisa dikatakan bahwa setiap tahunnya air mancur yang berada di tengah kota Jakarta itu memerlukan biaya Rp 2 milyar untuk perbaikan, ini merupakan hal yang tidak wajar mengingat masih banyak masalah lain yang harus diselesaikan Pemprov DKI Jakarta dengan menggunakan uang sebanyak itu.

Menariknya, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2009-2014, Sayogo Hendrosubroto, mengungkapkan usulan anggaran sebesar itu sebenarnya ditolak komisi D DPRD DKI Jakarta dalam rapat pembahasan APBD DKI Jakarta 2009.
“Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Ery Basworo, kala itu mendesak dan meyakinkan DPRD dengan alasan banyak kerusakan,”katanya. (Sumber : Warta Kota 10/12/09)

Menurut Ery, bahwa kerusakan air mancur Bundaran HI itu terkait dengan kerusakan mekanis dan elektrikal air mancur. Tingkat kerusakannyapun sudah mencapai 70% sehingga menurut Ery itu sudah sewajarnya direhab.

Pada saat itu anggota DPRD DKI Jakarta yang menolak usulan itu dikarenakan ada informasi yang menyatakan bahwa pemeliharaan air mancur menjadi tanggung jawab PT. Media Indra Buana (MIB), dan bukan tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta.
MIB mendapat hak pemeliharaan fasilitas kota itu dengan konpensasi berupa 11 titik reklame di daerah strategis. Namun Ery berkeras dan menyatakan masa perawatan oleh MIB sudah selesai, sehingga perlu dialokasikan anggaran baru karena air mancur telah mengalami banyak kerusakan

Sungguh sangat tidak wajar jika hanya untuk rehab air mancur membutuhkan belasan milyar rupiah, namun kita sebagai masyarakat hanya bisa mendukung serta mengawasi proyek itu. Apalagi banyak pihak yang telah menyatakan bahwa proyek ini rawan korupsi, maka dari itu sebagai masyarakat DKI Jakarta kita harus mengawasi jalannya proyek ini. Mudah-mudahan dengan adanya proyek ini air mancur yang menjadi kebanggan warga Jakarta ini menjadi lebih indah yang menghiasi pusat kota Jakarta.